Sutta Pitaka

Sutta Pitaka terdiri atas 5 kumpulan (nikaya) atau buku, yaitu:

1. Digha Nikaya

Merupakan buku pertama dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 34 Sutta panjang dan terbagi menjadi 3 vagga (Silakkhandhagga, Mahavagga, Patikavagga). Beberapa di antara Sutta-sutta yang terkenal adalah:

* Bramajala Sutta: “Jala para Brahma” Sang Buddha bersabda bahwa Beliau mendapat penghormatan bukan semata-mata karena kesusilaan, melainkan karena kebijaksanaan yang mendalam yang beliau temukan dan nyatakan. Beliau memberikan sebuah daftar berisi 62 bentuk spekulasi mengenai dunia dan pribadi dari guru-guru lain.

* Samannaphala Sutta: “Pahala yang dimiliki oleh tiap pertapa”. Kepada Ajatasattu yang berkunjung pada Sang Buddha, Beliau menerangkan keuntungan menjadi seorang Bhikkhu, dari tingkat terendah sampai tingkat Arahat.

* Ambattha Sutta: Percakapan antara Sang Buddha dengan Ambattha mengenai kasta, yang sebagian memuat cerita tentang raja Okkaka, leluhur Sang Buddha.

* Kutadanta Sutta: Percakapan dengan Brahmana Kutadanta tentang ketidaksetujuan terhadap penyembelihan binatang untuk sajian.

* Mahali Sutta: Percakapan dengan Mahali mengenai penglihatan gaib. Yang lebih tinggi dari pada ini adalah latihan menuju kepada pengetahuan sempurna.

* Kassapasihanada Sutta: Percakapan dengan seorang pertapa telanjang Kassapa tentang tidak bermanfaatnya menyiksa diri.

* Tevijja Sutta: tentang ketidakbenaran pelajaran ketiga Veda untuk menjadi anggota kelompok dewa-dewa Brahma.

* Mahapadana Sutta: Penjelasan Sang Buddha mengenai 6 orang Buddha yang sebelumnya dan beliau sendiri, mengenai masa-masa mereka muncul, kasta, susunan keluarga, jangka kehidupan, pohon bodhi, siswa-siswa utama, jumlah pertemuan, pengikut, ayah, ibu dan kota dengan sebuah khotbah kedua mengenai Vipassi dari saat meninggalkan surga Tusita hingga saat permulaan memberi pelajaran.

* Mahanidana Sutta: mengenai rantai sebab musabab yang bergantungan dan teori-teori tentang jiwa.

* Mahaparinibbana Sutta: cerita tentang hati-hari terakhir dan kemangkatan Sang Buddha, serta pembagian relik-relik.

* Sakkapanha Sutta: Dewa Sakka mengunjungi Sang Buddha, menanyakan 10 persoalan dan mempelajari kesunyataan bahwa segala sesuatu yang timbul akan berakhir dengan kemusnahan.

* Maha Satipatthana Sutta: Khotbah mengenai 4 macam meditasi (mengenai badan jasmani, perasaan, pikiran dan Dhamma) disertai penjelasan mengenai 4 Kesunyataan.

* Payasi Sutta: Kumarakassapa menyadarkan Payasi dari pandangan keliru bahwa tiada kehidupan selanjutnya atau akibat dari perbuatan. Setelah Payasi mangkat, Bhikkhu Gavampati menemuinya di surga dan melihat keadaannya.

* Pitika Sutta: cerita mengenai seorang siswa yang mengikuti guru lain, karena Sang Buddha tidak menunjukkan kegaiban maupun menerangkan asal mula banda-benda. Selama percakapan, Sang Buddha menerangkan kedua hal tersebut.

* Cakkavattisihanada Sutta: cerita tentang raja dunia dengan berbagai tingkat penyelewengan moral dan pemulihannya serta tentang Buddha Metteyya yang akan datang.

* Aganna Sutta: perbincangan mengenai kasta dengan penjelasan mengenai asal mula benda-benda, asal mula kasta-kasta dan artinya yang sesungguhnya.

* Sampasadaniya Sutta: percakapan antara Sang Buddha dengan Sariputta yang menyatakan keyakinannya kepada Sang Buddha dan menjelaskan ajaran Sang Buddha. Sang Buddha berpesan untuk kerap kali mengulangi pelajaran ini kepada para siswa.

* Lakkhana Sutta: Penjelasan mengenai 32 tanda “Orang Besar” (Raja alam semesta atau seorang Buddha), yang dijalin dengan syair berisi 20 bagian; tiap bagian dimulai dengan “Disini dikatakan”.

* Sigalovada Sutta: Sang Buddha menemukan Sigala sedang memuja enam arah. Beliau menguraikan kewajiban seorang umat dengan menjelaskan bahwa pemujaan itu adalah menunaikan kewajiban terhadap enam kelompok orang (orang tua, guru, sahabat dan lain-lain).

2. Majjhima Nikaya

Merupakan buku kedua dari Sutta Pitaka yang memuat khotbah-khotbah menengah. Buku ini terdiri atas tiga bagian (pannasa); dua pannasa pertama terdiri atas 50 sutta dan pannasa terakhir terdiri atas 52 sutta; seluruhnya berjumlah 152 sutta. Beberapa sutta diantaranya adalah :

* Mulapariyaya Sutta: pelajaran mengenai akar segala benda mulai dari unsur-unsur sampai Nibbana.

* Satipatthana Sutta: sama dengan di Digha Nikaya, tetapi tanpa ulasan mengenai 4 Kesunyataan.

* Kakacupama Sutta: “Tamsil Gergaji”. Perihal tidak marah jika dihina. Seorang Bhikkhu yang marah seandainya anggota badannya digergaji satu demi satu bukanlah siswa Sang Buddha.

* Alagaddupama Sutta : “Tamsil seekor ular air”. Seorang Bhikkhu dimarahi karena melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran. Mempelajari Dhamma secara tidak benar bagaikan manangkap seekor ular pada ekornya.

* Cula Saccaka Sutta : diskusi umum antara Sang Buddha dan seorang Jain Saccaka mengenai lima khandha seseorang.

* Maha Saccaka Sutta : mengenai perenungan atas nama dan rupa, dengan penjelasan oleh Sang Buddha tentang ia meninggalkan keduniawian, pengendalian nafsu dan penerangan sempurna.

* Seleyyaka Sutta : khotbah kepada para Brahmana dari Sala mengenai sebab-sebab mengapa makhluk ada yang memasuki surga dan ada yang menuju neraka.

* Vedalla Sutta (Maha dan Cula) : 2 khotbah dalam bentuk komentar atas istilah-istilah kejiwaan. Yang pertama oleh Sariputta kepada Mahakotthita dan yang kedua oleh Bhikkhuni Dhammadinna kepada upasaka Visakha.

* Brahmanimantanika Sutta : Sang Buddha menceritakan kepada para Bhikkhu bagaimana Beliau pergi ke surga Brahma untuk memberi pelajaran kepada Baka, yakni salah satu penghuni surga, tentang ketidakbenaran pendapat tentang kekekalan.

* Maratajjaniya Sutta: cerita tentang Mara yang menyelusup dalam perut Moggallana. Moggallana memerintahkan keluar dan memberikan pelajaran dengan mengingatkannya akan suatu masa ketika Moggallana sendiri terlahir sebagai Mara bernama Dusi dan Mara adalah kemenakannya.

* Kandaraka Sutta: percakapan dengan Pessa dan Kandaraka dan khotbah tentang empat jenis orang.

* Jivaka Sutta: Jivaka mengajukan pertanyaan apakah benar Sang Buddha menyetujui pembunuhan dan memakan daging. Sang Buddha menunjukkan dengan contoh bahwa itu tidak benar dan bahwa seorang bhikkhu makan daging hanya jika ia tidak melihat, mendengar dan menduga bahwa daging itu khusus dibuat untuknya.

* Upali Sutta: cerita tentang Upali yang diutus oleh pemimpin Jaina Nataputta untuk berdebat dengan Sang Buddha, tetapi akhirnya menjadi pengikut.

* Kukkuravatika Sutta: percakapan mengenai kamma antara Sang Buddha dengan dua orang pertapa, yang satu diantara mereka hidup seperti anjing dan satu lagi seprti lembu.

* Abhayarajakumara Sutta: Pangeran Abhaya diutus oleh seorang Jain Nataputta untuk membantah Sang Buddha dengan megajukan pertanyaan berganda tentang kutukan hebat yang diterima oleh Devadatta.

* Bahuvedaniya Sutta: mengenai penggolongan perasaan-perasaan dan perasaan tertinggi.

* Maha Rahulovada Sutta: nasehat kepada Rahula tentang pemusatan pikiran dengan jalan menarik dan mengeluarkan napas serta memusatkan pikiran kepada unsur-unsur.

* Ratthapala Sutta: cerita mengenai Ratthapala yang kedua orang tuanya tidak menyetujui ia memasuki Sangha dan membujuknya untuk kembali menjadi umat biasa.

* Makhadeva Sutta: cerita mengenai Sang Buddha dalam kehidupannya di masa lampau sebagai Raja Makhadeva dan keturunannya sampai Raja Nimi.

* Angulimala Sutta: cerita mengenai Angulimala, penyamun yang kemudian menjadi Bhikkhu.

* Piyajatika Sutta: nasehat Sang Buddha kepada seorang laki-laki yang kehilangan anak dan pertengkaran antara Raja Pasenadi dan permaisurinya mengenai hal itu.

* Brahmayu Sutta: mengenai 32 tanda pada tubuh Sang Buddha dan penerimaan Brahmana Brahmayu sebagai pengikut Buddha.

* Sela Sutta: Pertapa Keniya mengundang Sang Buddha dan para Bhikkhu untuk jamuan makan. Brahmana Sela melihat 32 tanda dan menjadi siswa. (Ini terdapat pula dalam Sn III 7).

* Vasettha Sutta: Khotbah yang sebagian besar dalam bentuk syair mengenai brahmana sejati, baik karena kelahiran maupun perbuatan (ini terdapat pula dalam Sn IIII 9).

* Subha Sutta: mengenai soal apakah seseorang dapat berbuat kebaikan lebih banyak sebagai kepala keluarga atau dengan jalan meninggalkan keduniawian.

* Isigili Sutta: Sang Buddha menjelaskan nama bukit Isigili dan menyebutnya nama-nama Pacceka Buddha yang dahulu tinggal di sana.

* Maha Cattarisaka Sutta: penjelasan mengenai Jalan Mulia Beruas Delapan dengan tambahan mengenai pengetahuan yang benar dan emansipasi yang benar.

* Anapanasati Sutta: perihal cara dan jasa melatih meditasi masuk dan keluarnya napas.

* Kayagatasati Sutta: perihal cara dan jasa meditasi badan jasmani.

* Cula Kammavibhanga Sutta: Sang Buddha menerangkan sifat-sifat batin dan jasmani orang yang berbeda-beda dan keberuntungan mereka menurut kamma.

* Maha Kammavibhanga Sutta: seorang pertapa secara keliru menuduh bahwa Sang Buddha mengatakan kamma tidak berguna dan Sang Buddha menerangkan pandangannya sendiri.

* Dhatuvibhanga Sutta: uraian mengenai unsur-unsur. Khotbah ini dimasukkan dalam cerita Pukkusati, seorang siswa yang belum pernah melihat Sang Buddha akan tetapi mengenalinya melalui ajarannya.

* Dakkhinavibhanga Sutta: Mahapajapati menghadiahkan satu pasang jubah kepada Sang Buddha, yang menjelaskan berbagai jenis orang yang patut menerima pemberian dan berbagai jenis orang yang memberi.

3. Samyutta Nikaya

Merupakan buku ketiga dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 7.762 sutta (menurut “An analysis of the Pali Canon” [wheel no.217/218/219/220] ada 2.889 sutta). Buku ini dibagi menjadi lima vagga utama dan 56 bagian yang disebut Samyutta. Beberapa Samyutta di antaranya sebagai berikut:

* Mara: perbuatan-perbuatan bemusuhan dari Mara terhadap Sang Buddha dan para siswaNya.

* Bhikkhuni: bujukan yang tidak berhasil dari Mara terhadap para bhikkuni dan perbedaan pendapatnya dengan mereka.

* Brahma: Brahma Sahampati memohon Sang Buddha untuk membabarkan Dhamma kepada dunia.

* Sakka: Sang Buddha menguraikan sifat-sifat Sakka, Raja para Dewa.

* Nidana Samyutta: penjelasan mengenai Paticcasamuppada (doktrin sebab musabab yang saling bergantungan).

* Abhisamaya: dorongan untuk membasmi kekotoran batin secara tuntas.

* Khandha Samyutta: kumpulan unsur, fisik dan mental yang membentuk individu.

* Kilesa: kekotoran batin muncul dari enam pusat indria dan kesadaran indria.

* Vedana: tiga jenis perasaan dan sikap yang benar terhadap perasaan itu.

* Citta: alat indria dan obyeknya pada hakekatnya tidak jahat, melainkan kehendak-kehendak tidak baik yang timbul melalui kontak mereka.

* Asankhata: tidak terbentuk (Nibbana)

* Magga Samyutta: jalan beruas delapan.

* Bojjhanga: tujuh faktor Penerangan Agung.

* Satipatthana: empat dasar kesadaraan.

* Indriya: lima kemampuan

* Sammappadhana: empat macam usaha benar.

* Bala: lima kekuatan.

* Iddhipada: empat kekuatan batin.

* Anuruddha: kekuatan-kekuatan gaib yang dicapai oleh Anuruddha melalui kesadaran.

* Jhana: empat jhana.

* Anapana: kesadaraan dari pernapasan.

* Sotapatti: gambaran tentang seorang “penakluk arus”.

* Sacca: empat kesunyataan mulia.

4. Anguttara Nikaya

Merupakan buku keempat dari Sutta Pitaka yang terdiri atas 9.577 sutta (menurut “An Analysis of the Pali Canon & Buddhism” oleh Christmas Humphreys ada 2.308 sutta) dan terbagi atas 11 nipata (bagian). Sutta-sutta di sini disusun menurut urutan bernomor untuk memudahkan pengingatan.

* Ekaka Nipata: (yang serba satu) misalnya pikiran terpusat/tidak terpusat; usaha ketekunan Sang Buddha dan sebagainya.

* Duka: (yang serba dua), dua jenis kamma vipaka yaitu yang membuahkan hasil dalam kehidupan sekarang maupun yang membawa kepada tumimbal lahir dan seterusnya; dua jenis dana; dua golongan Bhikkhu dan sebagainya.

* Tika: (yang serba tiga), tiga pelanggaran melalui jasmani, ucapan dan pikiran; tiga perbuatan yang patut dipuji yaitu kedermawanan, penglepasan, dan pemeliharaan orang tua; dan sebagainya.

* Catuka: (yang serba empat), empat jenis orang yaitu tidak bijaksana dan tidak beriman; tidak bijaksana tapi beriman; bijaksana tapi tidak beriman, bijaksana dan beriman; empat jenis kebahagiaan (empat Brahma Vihara, empat sifat yang menjaga Bhikkhu dari kekeliruan); empat cara pemusatan diri dan sebagainya.

* Pancaka: (yang serba lima), lima ciri yang baik dari seorang siswa; lima rintangan batin; lima obyek meditasi; lima sifat buruk; lima perbuatan baik; dan sebagainya.

* Chakka: kewajiban rangkap enam dari seorang Bhikkhu.

* Sattaka: tujuh jenis kekayaan; tujuh jenis kemelekatan.

* Atthaka: delapan sebab kesadaran; delapan sebab pemberian dana; delapan sebab gempa bumi.

* Navata: sembilan perenungan; sembilan jenis manusia.

* Dasaka: sepuluh perenungan, sepuluh jenis penyucian batin.

* Ekadasaka: sebelas jenis kebahagian / jalan menuju nibbana; sebelas sifat-sifat baik dan buruk dari seorang pengembala dan Bhikkhu.

5. Khuddaka Nikaya

Merupakan buku kelima dari Sutta Pitaka yang terdiri atas kumpulan lima belas kitab, yaitu:

* Khuddaka Patha: bacaan dari bagian-bagian singkat; berisi empat teks dan lima sutta, yaitu:

o Saranattaya: pengulangan tiga kali berlindung pada Buddha,Dhamma dan Sangha.

o Dasasikkhapada: sepuluh sila yang harus dipatuhi oleh para samanera. Lima pertama harus dipatuhi oleh umat biasa.

o Dvattimsakara: daftar 32 unsur pokok badan jasmani.

o Kumarapanha: sepuluh macam tanya jawab untuk para samanera.

o Mangala Sutta: sebuah syair untuk menjawab pertanyaan mengenai apakah kebahagian tertinggi itu.

o Ratana Sutta: sebuah syair mengenai Tiratana dalam hubungannya untuk menerangkan kepada para makhluk halus.

o Tirokudda Sutta: syair mengenai pelimpahan jasa untuk arwah sanak keluarga yang sudah meninggal, yang terlahir di alam yang menyedihkan.

o Nidhikanda Sutta: syair tentang pengumpulan harta sejati.

o Metta Sutta: syair tentang cinta kasih universal.

* Dhammapada: kata-kata dari Dhamma; kumpulan 423 bait yang dibagi dalam 26 vagga.

* Udana: kumpulan dari 80 udana yang terbagi menjadi 8 vagga. Kitab ini memuat khotbah Sang Buddha yang disabdakan pada berbagai kesempatan.

* Bodhi Vagga: menggambarkan kejadian-kejadian tertentu setelah pencapaian Penerangan Sempurna oleh Sang Buddha, termasuk khotbah termasyur kepada Bahiya yang menekankan kehidupan pada saat sekarang.

* Mucalinda: vagga ini dinamai menurut nama raja Naga yang melindungi Sang Buddha dengan kepalanya.

* Nanda: Sang Buddha meyakinkan saudara tirinya, Nanda, tentang kehampaan hidup duniawi. Juga memuat nasehat-nasehat kepada Sangha.

* Meghiya : tanpa memeprdulikan nasehat Sang Buddha, Meghiya mengasingkan diri ke sebuah hutan mangga untuk berlatih meditasi, tetapi batinnya segera diserang pikiran-pikiran tidak baik. Setelah kembali kepada Sang Buddha, ia diberitahukan bahwa lima faktor harus ditumbuhkan oleh orang yang batinnya belum berkembang yaitu persahabatan yang baik, moralitas, percakapan yang menguntungkan, keteguhan hati, dan pengetahuan. Juga memuat cerita-cerita Sundari dan serangan terhadap Sariputta oleh seorang Yakkha.

* Sonathera: memuat kisah kunjungan Raja Pasenadi kepada Sang Buddha, khotbah kepada Suppabuddha yang menderita penyakit kusta, penjelasan mengenai delapan ciri Sasana dan tahun pertama dari kehidupan Sona sebagai bhikkhu.

* Jaccandha: memuat gambaran tentang Sang Buddha akan mencapai parinibbana, percakapan Raja Pasenadi, dan kisah raja yang menyuruh orang-orang yang buta sejak lahir (jaccandha) untuk masing-masing meraba dan menggambarkan seekor gajah – untuk membantu menjelaskan realisasi sebagian dari kebenaran.

* Cula: memuat peristiwa-peristiwa kecil, terutama mengenai para Bhikkhu secara perorangan.

* Pataligama: memuat definisi termasyur dari Nibbãna sebagai yang tidak dilahirkan, tidak menjelma, tidak dibuat, tidak dibentuk, santapan Sang Buddha yang terakhir dan nasehatnya kepada Ananda mengenai Cunda, dan kunjungan ke Pataligama tempat Sang Buddha mengungkapkan lima manfaat menempuh kehidupan suci dan lima kerugian tidak melakukan hal itu.

* Itivuttaka : kumpulan 112 sutta pendek dalam 4 nipata yang masing-masing disertai syair. Syair-syair ini biasanya dimulai dengan kata “Iti Vuccati” (demikian dikatakan). Karya ini terdiri atas ajaran-ajaran etika dari Sang Buddha

* Sutta Nipata : kumpulan ini terdiri atas lima vagga yang memuat 71 sutta. Sutta-sutta itu diantaranya sbb.:

o Uraga Sutta: Bhikkhu yang menyingkirkan semua nafsu (buruk) manusia, kemarahan, kebencian, kerakusan, dll.; dan terbebas dari khayalan dan ketakutan, diperbandingkan dengan seekor ular yang berganti kulit.

o Dhaniya Sutta: ketenangan duniawi diperbandingkan dengan ketenangan Sang Buddha.

o Kasibharadvaja Sutta: pekerjaan yang berguna secara sosial atau duniawi diperbandingkan dengan usaha-usaha Sang Buddha yang tidak kurang pentingnya untuk mencapai Nibbãna.

o Cunda Sutta: Sang Buddha menguraikan tentang 4 jenis samana, seorang Buddha, seorang Arahat, seorang Bhikkhu yang sungguh-sungguh dan bertanggung jawab, dan seorang Bhikkhu penipu.

o Parabhava Sutta: sebab-sebab kejatuhan seseorang dalam bidang moral dan batin diuraikan.

o Vasala atau Aggika Bharadvaja Sutta: untuk menyangkal tuduhan orang buangan, Sang Buddha menjelaskan bahwa karena perbuatanlah, bukan garis keturunan, orang menjadi orang buangan atau brahmana.

o Metta Sutta: unsur-unsur pokok latihan cinta kasih terhadap semua mahluk.

o Hemawata Sutta: dua orang jakkha ragu-ragu tentang sifat-sifat Buddha yang dinyatakan olehnya. Sang Buddha merumuskan uraiannya dengan menjelaskan jalan pembebasan dari kematian.

o Alavaka Sutta : Sang Buddha menjawab pertanyaan-pertanyaan Yakkha Alavaka mengenai kebahagiaan, pengertian, jalan ke Nibbana.

o Vijaya Sutta: suatu analisa tubuh dalam bagian-bagian pokoknya (yang tidak bersih) dan sebutan Bhikkhu yang mencapai Nibbãna karena memahami sifat sejati badan jasmani.

o Muni Sutta: konsepsi idealitas seorang muni atau orang bijaksana yang menjalani kehidupan menyepi yang bebas dari nafsu-nafsu.

o Ratana Sutta: pujian kepada Tiratana (Buddha, Dhamma, dan Sangha).

o Mahamangala Sutta: 38 macam petunjuk-petunjuk etika dalam menempuh kehidupan suci, mulai dengan petunjuk-petunjuk etika dasar dan mencapai puncaknya pada penyelaman Nibbãna.

o Suciloma Sutta: untuk menanggapi sikap mengancam dari Yakkha Suciloma, Sang Buddha menyatakan bahwa nafsu, kebencian, keraguan, dan sebagainya bermula dengan badan jasmani, keinginan, dan konsep aku.

o Rahula Sutta: Sang Buddha menasehati putra-Nya yang telah ditahbiskan, Rahula, untuk menghormati orang bijaksana, bergaul dan berhubungan sesuai dengan prinsip-prinsip seorang pertapa.

o Vangisa Sutta: Sang Buddha memberi kepastian kepada Vangisa bahwa gurunya yang telah wafat, Nigrodhakappa, telah mencapai Nibbãna.

o Dhammika Sutta: Sang Buddha menjelaskan kepada Dhammika kewajiban masing-masing dari seorang Bhikkhu dan umat biasa; umat biasa diharapkan untuk mentaati Pancasila dan memperingati hari-hari Uposatha.

o Pabbajja Sutta : Raja Bimbisara dari Magadha menggoda Sang Buddha dengan kekayaan meterinya dan menanyakan garis keturunannya. Sang Buddha menunjukkan kenyataan tentang kelahiran di antara kaum Sakya dari Kosala dan Ia telah mengatasi khayal dari kenikmatan-kenikmatan indria.

o Padhana Sutta: uraian yang jelas sekali mengenai godaan Mara menjelang pencapaian Penerangan Sempurna oleh Sang Buddha.

o Subhasita Sutta: bahasa para Bhikkhu hendaknya baik dalam penuturannya, menyenangkan, tepat, dan benar.

o Salla Sutta: kehidupan itu berlangsung singkat dan semua kehidupan terancam oleh kematian, tetapi orang bijaksana yang memahami sifat kehidupan tidak merasa takut.

o Vasetta Sutta: dua orang pemuda, Bharadvaja dan Vasettha, membahas masalah martabat brahmana karena kelahiran, tetapi Vasettha mengatakan bahwa seseorang menjadi brahmana hanya karena perbuatan. Sang Buddha akhirnya menegaskan pandangan Vasettha sebagai pendapat yang benar.

o Kokaliya Sutta: Kokaliya secara keliru menganggap keinginan-keinginan jahat berasal dari Sariputta dan Moggallana dan akhirnya menimbulkan penderitaan, karena kematian dan tumimbal lahir di salah satu alam neraka. Sang Buddha kemudian menyebutkan satu persatu neraka-neraka yang berbeda dan menggambarkan hukuman atas perbuatan mengumpat dan menfitnah.

o Nalaka Sutta: ramalan Pertapa Asita mengenai Buddha Gotama yang akan datang. Putra adik perempuannya, Nalaka, memiliki kebijaksanaan tertinggi yang dibentangkan kepadanya oleh Sang Buddha.

o Dvayatanupassana Sutta: dukkha timbul dari substansi, ketidaktahuan, panca khandha, keinginan, kemelekatan, usaha, makanan, dan sebagainya.

o Magandiya Sutta: kembali Sang Buddha menekankan kepada Magandiya, seorang yang yakin akan kesucian melalui filsafat, bahwa kesucian hanya dapat terjadi karena kedamaian batin.

o Purabheda Sutta: kelakuan dan ciri-ciri seorang bijaksana sejati yaitu kebebasan dari keserakahan, kemarahan, keinginan, nafsu, dan kemelekatan dan senatiasa tenang, tenggang ras, dan bermental seimbang.

o Culaviyuha Sutta: uraian mengenai mazhab-mazhab filsafat yang berbeda semuanya saling bertentangan tanpa menyadari bahwa kebenaran itu satu.

o Mahaviyuha Sutta: para ahli filsafat hanya memuji diri mereka sendiri dan mengecam orang lain, tetapi seorang brahmana sejati tetap tidak tertarik kepada pencapaian intelektual yang meragukan itu dan karenanya tenang dan damai.

o Attadanda Sutta: orang bijaksana hendaknya tulus, tidak berbohong, sederhana, bebas dari ketamakan dan fitnah, bersemangat dan tanpa keinginan untuk memperoleh nama dan kemasyuran.

* Vimanavatthu: cerita-cerita mengenai rumah di surga yang merupakan 85 syair dalam tujuh vagga mengenai pahala dan tumimbal lahir di alam-alam surga.

* Petavatthu: terdiri atas 51 syair dalam 4 vagga mengenai tumimbal lahir sebagai setan pengembara karena perbuatan-perbuatan tercela.

* Theragatha: syair tentang para Bhikkhu senior (thera), kumpulan syair-syair, yang disusun oleh para Thera semasa hidup Sang Buddha. Beberapa syair berisi riwayat hidup para Thera, sedang lainnya berisi pujian yang diucapkan para Thera atas pembebasan yang telah dicapai.

* Therigatha: syair tentang para Bhikkhuni senior (theri), buku yang serupa dengan Theragatha yang merupakan kumpulan dari ucapan para Theri semasa hidup Sang Buddha.

* Jataka: cerita kelahiran merupakan kumpulan yang memuat 547 kisah yang dianggap sebagai cerita tentang kehidupan-kehidupan lampau Sang Buddha. Nidana Katha atau cerita tentang garis silsilah adalah ulasan pengantar yang menguraikan kehidupan Sang Buddha sampai pembukaan Vihãra Jetavana di Savatthi dan juga kehidupan-kehidupan lampaunya di bawah Buddha-Buddha terdahulu.

* Niddesa: terbagi dalam Mahaniddesa, sebuah ulasan mengenai Atthakavagga dari Sutta Nipata, dan Culaniddesa, sebuah ulasan mengenai Parayanavagga dan Khaggavisana Sutta yang juga dari Sutta Nipata. Niddesa ini sendiri diulas dalam Saddhammapajjotika dari Upasena dan di situ dihubungkan dengan Sariputta.

* Patisambhidamagga: suatu analisa Abhidhamma tentang konsep dan latihan yang sudah disebutkan dalam Vinaya Pitaka dan Digha, Samyutta dan Anguttara Nikaya. Ini dibagi dalam 3 bagian; Maha vagga, Yuganaddha-vagga dan Panna-vagga; tiap-tiap vagga memuat sepuluh topik (katha).

* Apadana: Kisah dalam syair tentang kehidupan lampau dari 550 orang Bhikkhu dan 40 orang Bhikkhuni, yang semuanya diceritakan hidup pada masa Sang Buddha.

* Buddhavamsa: Riwayat Para Buddha yang di dalamnya Sang Buddha menuturkan cerita tentang kebulatan hatinya untuk menjadi Buddha, dan mengungkapkan riwayat 24 Buddha yang mendahuluinya.

* Cariyapitaka: 35 kisah dari Jataka dalam syair yang melukiskan 7 dari 10 Kesempurnaan (dasa parami) yaitu kemurahan hati, moralitas, penglepasan, kebijaksanaan, daya usaha, kesabaran, kebenaran, keteguhan hati, cinta kasih, dan keseimbangan batin.